BAB 5
PENDIDIK DAN ANAK DIDIK
A.
Pendidik
1. Pengertian
pendidik
Pendidik
adalah orang yang membimbing anak kearah kedewasaan baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat. Pandidikan berlangsung dalam pergaulan, seperti yang
dikemukakan Langeveld (1980): Tiap_tiap pergaulan antara orang dewasa dengan
anak merupakan lapangan atau suatu tempat di mana perbuatan mendidik
berlangsung.
Orang dewasa adalah
manusia yang sudah mandiri, tidak tergantung pada orang lain tentang harga diri
dan martabatnya, dan kesanggupannya.
Untuk membedakan gejala keanakan dan kedewasaan, Ngalim Purwanto (2004)
membandingkannya sebagai berikut:
No
|
Keanakan
|
Kedewasaan
|
1
|
Mencari bentuk
|
Menampakan
diri sebagai bentuk
|
2
|
Tidak
mempunyai ketetapan
|
Beranggapan
memiliki ketetapan
|
3
|
Tidak ada
kemerdekaan
|
Merdeka
|
4
|
Mudah berubah
|
Tetap, stabil
|
5
|
Lemah
|
Kuat
|
6
|
Memerlukan
bantuan
|
Membantu
|
7
|
Sangat mudah
terpengaruh
|
Tidak
tergantung pada orang lain
|
2. Jenis-jenis
pendidik
1)
Pendidik pertama, ialah pendidik yang disebabkan
kewajaran tanggung jawab untuk membimbing anak. Orang tua yaitu ayah dan ibu
anak yang secara wajar dan alamiah mereka menjadi pendidik karena kenyataan
bahwa anak lahir dalam keadaan tidak berdaya. Peran orang tua ini tidak hanya
mendidik, namun ia juga menbantu perkembangan anak dalam segi kemanusiaannya.
2)
Pendidik kedua, suatu profesi yang karena
jabatannya ia harus mendidik anak. Guru tidak bisa disebut secara wajar dan
alamiah menjadi pendidik, karena guru mendapat tugas dari orang tua sebagai
pengganti mereka saat anak berada di sekolah. Dalam UU No.14 tahun 2005 tenteng
guru dan dosen, guru adalah pendidik peofesional dengan tugas utamanya
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Akan tetapi ada beberapa hal
yang harus dimiliki seorang guru, yaitu:
a) Guru
harus sudah memiliki kedewasaan.
b) Guru
harus mampu memberikan keteladanan.
c) Guru
harus mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya.
d) Guru
harus mengikuti keadaan kejiwaan dan perkenbangan anak didik.
e) Guru
harus mengenal masing-masing anak sebagai pribadi.
f) Guru
harus menjadi seorang pribadi.
3. Ciri-ciri
pendidik
1) Memiliki
kewibawaan.
Ciri
utama seorang pendidik adalah kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap
anak didiknya. Kewibawaan merupakan suatu pancaran bain yang dapat menimbulkan
pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh
pengertian atas pengaruh tersebut.
Pendidik
harus mempertahankan kewibawaan yang dimilikinya, sehingga sehingga harus
dipelihara dan dibinanya. Langeveld mengemukakan tiga sendi kewibawaan untuk
memeliharanya yaitu:
a) Kepercayaan,
pendidik harus percaya bahwa dirinya mampu mendidik dan juga harus percaya
bahwa anak didik dapat di didik.
b) Kasih
sayang, penyerahan diri kepada orang yang dikasihsayangi dan pengendalian
terhadap yang disayanginya.
c) Kemampuan
mendidik, bisa dikembangkan dengan beberapa cara selain itu juga harus
menguasai materi.
2) Mengenal
anak didik
Mengenal
anak didik yaitu mengenal sifat anak secara umum, karena sifata anak itu
berbeda-beda satu sama lain. Untuk itu seorang pendidik harus menngenal anak
didiknya secara khusus agar pendidikannya
dapat sesuai dengan setiap anak secara perorangan.
3) Membantu
anak didik
Pendidik
harus mau membantu anak didiknya dan bantuan tersebut haruslah sesuai dengan
yang diharapkan anak didiknya. Tetapi pendidik juga tidak boleh memaksakan
kehendak sendiri, ini karena pendidik sejatinya harus mendorong keinginan anak
untuk berdiri sendiri.
4. Syarat-syarat
pendidik
Bagi
seorang pendidik yang bergaul dengan makhuk yang beraneka ragam karakternyadan
harus berubah kearah yang lebih baik, maka terdapat syarat-syarat yaitu:
1) Mengetahui
tujuan pendidikan.
2) Mengenal
anak didiknya.
3) Mengetahui
prinsip dan penggunaan alat pendidikan.
4) Mempunyai
sikap bersedia membantu anak didik.
5) Beridentifikasi
dengan anak didiknya.
A. Anak Didik
1. Pengertian
anak didik
Anak
didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu dan
dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal.
Tirtahadja mengemukakan empat karakteristik anak didik, yaitu:
1) Individu
yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk
yang unik.
2) Individu
yang sedang berkembang.
3) Individu
yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4) Individu
yang memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri.
2. Ciri-ciri
Anak didik
Terdapat
tiga ciri-ciri anak didik menurut Edi Suardi, yaitu:
1)
Kelemahan dan
ketidakberdayaan
Anak ketika dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya.
Baik kelemahan jasmaniah maupun rohaniah. Kelemahan dan ketidakberdayaan anak
makin lama makin hilang karna berkat bantuan dan bimbingan pendidik.
2)
Anak didik adalah
makhluk yang ingin berkembang
Kelemahan dan ketidakberdayaan anak menjadi motor vitalitas
pada anak sehingga ia ingin berkembang. Keinginan berkembang yang menggantikan
ketidakmampuan pada anak manusia lahir itu, salah satu karunia yang besar untuk
mereka ketingkat yang lebih tinggi. Inilah yang menjadi alasannya kenapa anak
ingin berkembang dan mendapatkan hal-hal yang baru.
3)
Anak didik yang ingin
menjadi diri sendiri
Hal ini sangat penting, karena untuk bergaul dengan
masyarakat seseorang haruslah menjadi diri sendiri atau pribadi. Pendidikan
yang tidak memperhatikan anak ingin menjadi diri sendiri adalah pendidikan yang
bersifat otoriter bahkan memaksa, berarti mematikan pribadi anak yang sedang
tumbuh.
3. Perkembangan
anak didik
1) Bayi
(0-2 tahun)
Masa bayi dalam keadaan yang tidak berdaya disatu pihak, akan
tetapi dipihak lain menunjukan keinginan untuk berkembang. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang disekitarnya.
Pada tahap ini tindakan pendidikan berupa pembiasaan yang berkaitan dengan
kebersihan dan kesehatan serta pemeliharaan fisik.
2) Kanak-kanak
(3-7 tahun)
Masa
kanank-kanak dibagi menjadi dua fase, yaitu:
Pertama
usia 3-4 tahun, merupakan masa otonomi, rasa malu dan ragu. Pada tahap ini anak
dapat berdiri sendiri secara fisik. Tanpa dibantu orang lain. Namun disisi lain
anak mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali
meminta pertolongan dari orang tuanya.
Kedua
usia 4-7 tahun, merupakan masa eksplorasi. Masa
ini penuh dengan kegairahan untuk melihat dan mengetahui
sebanyak-banyaknya. Ditandai dengan hasrat ingin tahu yang luar biasa kuatnya, sehingga anak selalu
aktif dan tidak mau diam. Pada masa ini anak sudah berkomunikasi dalam bentuk
pergaulan bermain.
3) Anak-anak
(7-12 tahun)
Masa anak-anak menginjak ke masa yamg lebih luas, dunia
mereka lebih rasional dari pada masa kanak-kanak. Masa ini adalah masa
perkembangan dunia kecerdasan. Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa
saja yang ada dilingkungannya, dorongan untuk mengetahui dan berbuat sangatlah
besar. Hanya saja pada masa ini karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuannya anak akan mengalami hambatan yang akan menimbulkan rasa rendah
diri.
4) Puber
(12-14 tahun)
Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih, sebab
masa ini dalam peralihan antara masa anak-anak dan remaja. Pada masa ini ada
beberapa ciri yang bersangkutan dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis
maupun psikologis.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan biologis anak laki-laki
maupun perempuan mengalami perubahan yang sifatnya fisik. Sedangkan secara
psikologis diantara anak laki-laki dan perempuan mulai memiliki rasa
ketertarikan kepada lawan jenis. Masa remaja merupakan persiapan kearah
kedewasaan yang didukung dengan kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya. Anak
berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas dirinya.
4. Anak
didik sebagai individu
Individu
adalah manusia perseorangan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dibagi dan
bersifat unik serta bebas mengambil keputusan. Dalam bergaul masing-masing
individu tetap menjadi diri sendiri dan bebas menentukan dirinya sendiri,
tetapi tidak boleh merugikan orang lain. Keinginan menjadi diri sendiri itu
pasti ada pada setiap manusia. Maka setiap anak yangberada dalam ikatan
pendidikan dengan pendidiknya, adalah mereka yang pada dasarnya ingin menjadi
diri sendiri.
B.
Interaksi
Pedagosis antara Pendidik dengan Anak Didik
Interaksi
pedagogis merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang dewasa untuk
mencapai tujuan pendidikan, yaitu menjadi manusia mandiri dan dewasa. Interaksi
pedagogis pada umumnya adalah komunikasi timbal balik antara anak didik dan
pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
1. Pendidikan
berarti berkomunikasi
Pendidik
dan anak didik akan berkomunikasi, dalam arti komunikasi dua arah.
Berkomunikasi berarti berhubungan timbal balik, seolah bercakap-cakap antara
dua pihak. Dalam berkomunikasi anak
harus diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat sendiri dan bukan berkomunikasi sepihak.
Dalam
berkomunikasi antara pendidik dengan anak didik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Menyediakan
situasi yang baik
Pendidik berkewajiban menyediakan situasi yang paling baik agar
anak didik dapat mencari sendiri yang ia perlukan.
2) Mengikuti
irama
Pendidik membantu anak agar dapat mengembangkan bekal
kemungkinan dengan membantunya memberikan suasana untuk yang paling baik
mengikuti irama atau tempo masing-masing perkembangan anak.
2. Syarat
interaksi pedagogis
Interaksi
pedagogis akan berlangsung apabila terdapat beberapa hal, yaitu:
1) Rasa
tenang pada diri anak didik.
2) Hadirnya
kewibawaan.
3) Kesediaan
pendidik untuk membantu anak didik.
4) Perhatikan
minat anak.
3. Interaksi
pedagogis dalam proses belajar di sekolah
1) Interksi
atas dasar tugas dan peranan masing-masing.
2) Ada
tujuan.
3) Kemauan
guru untuk membantu.
4) Ada
prosedur yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu tujuan.
5) Ditandai
dengan satu garapan materi.
6) Interaksi
belajar mengajar ditandai dengan aktifitas murid.
7) Guru
mengmbil peran membimbing.
8) Diantara
interaksi belajar mengajar ada suatu disiplin.
9) Ada
batas waktu.
10) Interaksi
belajar mengajar individual.
11) Interaksi
belajar mengajar berkelompok.
12) Interaksi
belajar mengajar dengan tim guru.
4. Aspek-aspek
pendidikan
Terdapat
aspek-aspek pendidikan yang harus ada dalam proses interaksi belajar mengajardi
sekolah, yaitu:
1) Pendidikan
budi pekerti.
2) Pendidikan
kecerdasan.
3) Pendidikan
sosial.
4) Pendidikan
kewarganegaraan.
5) Pendidikan
keindahan.
6) Pendidikan
jasmani.
7) Pendidikan
agama.
8) Pendidikan
kesejahteraan keluarga.
BAB 6
KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN
A.
Konsep
dan Pengertian Alat Pendidikan
Alat pendidikan
berhubungan dengan alat yang berupa material seperti sarana dan prasarana.
Dalam kegiatan pendidikan yang dikatakan alat pendidikan tidak hanya terbatas
pada bentuk material tetapi juga non material seperti perbuatan atau tindakan
berbagai aktivitas yang berhubungan dengan proses transformasi. Proses
tranformasi dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan, yaitu suatu usaha
yang sengaja dilakukan untuk memperngaruhi terdidik agar sampai pada suatu
tujuan pendidikan yang diharapkan.
1.
Pengertian
Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah
segala sesuatu yang digunakan dalam proses pendidikan, baik berbentuk material
maupun non material. Alat pendidikan yang berbentuk material adalah berbagai
perlengkapan yang digunakan untuk keperluan pelaksanaan proses pendidikan.
Biasanya berbentuk benda seperti sarana dan prasarana. Alat pendidikan yang
berbentuk non material adalah suatu tindakan atau perbuatan situasi yang dengan
sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
a.
Alat
Pendidikan Non Material
Alat pendidikan non
material berbentuk perbuatan yang digunakan pendidik kepentingan proses
pendidikan. Artinya, seorang pendidik perlu memahami kondisi dan masalah yang
dihadapi terdidik di kelas. Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany menyatakan bahwa
terdapat tujuh masalah yang perlu dipahami pendidik di kelas yaitu sebagai
berikut.
1)
Kelas kurang kohesif,
karena alasan jenis kelamin, suku, tingkah laku sosio-ekonomi.
2)
Kelas mereaksi negatif
terhadap salah seorang anggotanya.
3)
Penyimpangan dan
norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya.
4)
Membesarkan hati
anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
5)
Kelompok cenderung
mudah dialihkan perhatiannya dan tugas tengah digarap.
6)
Semangat kerja rendah.
7)
Kelas kurang
menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Ada
beberapa masalah yang harus dianalisis dan seorang pendidik bisa memilih alat
pendidikan berbentuk perbuatan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
sebagai berikut.
1)
Untuk mengatasi kelas
yang kurang kohesif. Karena alasan jenis kelamin, suku, tingkah laku
sosio-ekonomi. Alat pendidikan perbuatab pembiasaan terhadap terdidik yang
tidak dapat bersosialisasi di kelas dapat dipilih sebagai alternatif dalam
mengatasi masalah.
2)
Kelas mereaksi negatif
terhadap salah seorang anggotanya.
3)
Penyimpangan dan
norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya. Penyelesaiannya
dapat dilakukan dengan alat pendidikan berupa perbuatan larangan.
4)
Membesarkan hati
anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. Dapat dilakukan dengan
perbuatan melarang dan menjelaskan tentang bagaimana menempatkan perbuatan
memuji yang benar, karena pujian bukan digunakan untuk perilaku yang negatif.
5)
Alat pendidikan dapat
dilakukan adalah melalui perbuatan mengajak dan memberi contoh dengan tujuan
kelompok terdidik dapat lebih fokus dan konsentrasi pada pelajaran yang sedang
dipelajari.
6)
Alat pendidikan yang
dapat dilakukan adala perbuatan menganjurkan dan memberi contoh agar semangat
kerja terdidik berubah lebih baik.
7)
Salah satu contoh sederhana
bagaimana penerapan konsep alat pendidikan melalui perbuatan. Boleh jadi
sintesis dari beberapa bentuk alat pendidikan digunakan untuk menyelesaikan
satu masalah atau bahkan sebaliknya satu bentuk alat pendidikan digunakan untuk
menyelesaikan berbagai masalah.
2.
Alat
Pendidikan Material
Alat
pendidikan material atau benda terdiri dari sarana dan prasarana. Sarana
pendidikan terdiri dari alat berat hardware dan alat ringan software. Prasarana
sebagai alat pendidikan berkaitan dengan lingkungan fisik tempat belajar
meskipun tidak berpengaruh langsung tetapi mempunyai pengaruh penting terhadap
hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud
meliputi sebagai berikut.
a.
Ruangan
Ruangan
atau kelas tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa,
tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan yang
lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.
b.
Pengaturan tempat duduk
Dalam
mengatur tempat duduk, yang terpenting adalah memungkinkan terjadinya tatap
muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingksh laku siswa.
c.
Suhu, ventilasi, dan
penerangan
Lingkungan
fisik ini adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman.
Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
d.
Pengaturan penyimpanan
barang
Melakukan
perbaikan seawal mungkin dengan tidak mengundur-undur waktu lebih lama lagi
dengan akibat kerusakan makin hebat.
B.
Karakteristik
Alat Pendidikan
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang
sesuai dengan harapan, peran alat pendidikan perlu dikembangkan secara optimal.
Artinya, dalam penerapan dan penggunaan alat pendidikan perlu disesuaikan
dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berhubungan dengan usia dan psikis
terdidik.
1.
Pengertian
karakteristik alat pendidikan
Karakteristik alat pendidikan dapat
diartikan sebagai persyaratan atau berbagai kondisi ideal alat pendidikan. Alat
pendidikan berbentuk non material menunjuk pada bagaimana sebaiknya menerapkan
perbuatan terhadap terdidik.
a.
Karakteristik
alat pendidikan non material
1) Perbuatan
pendidik hendaknya dilakukan awal-awal bagaimana cara melakukan sesuatu karena
manusia mempunyai sifat konservatif yang cenderung untuk mempertahankan atau
tidak merubah kebiasaan.
2) Perbuatan
hendaknya membiasakan terdidik akan hal-hal yang harus dikerjakan agar menjadi
biasa untuk melakukan sesuatu secara otomatis.
3) Perbuatan
pendidik hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Sebab, terdidik yang sering
menerima larangan akan merasa segala tingkah lakunya salah sehingga akan
menimbulkan frustasi dan bahkan apabila larangan dalam bentuk teguran yang
terlalu keras.
4) Perbuatan
hendaknya digunakan dengan diikuti oleh bimbingan apa yang sebaiknya harus
dilakukan terdidik.
5) Perbuatan
hendaknya dilakukan dengan memberikan beberapa gambaran yang sesuai sebelum
mengajak terdidik untuk melakukannya.
6) Perbuatan
hendaknya pendidik tidak harus memaksakan diri sedemikian rupa sehingga
pendidik tidak lagi hidup wajar sebagai pribadi atau sebagai diri sendiri.
7) Perbuatan
pendidik hendaknya tidak berlebihan. Seringkali terlihat pendidik terlalu
banyak memberikan pujian pada terdidik.
8) Perbuatan
pendidik hendaknya bijaksana menanggapi kalau ada sesuatu kesalahan dari
terdidik.
b.
Karakteristik
alat pendidikan material
1) Alat
pendidikan hendaknya terbuat dari bahan kuat agar tahan lama.
2) Pembuatan
alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara masal.
3) Biaya
alat pendidikan relatif murah.
4) Alat
pendidikan hendaknya enak dan nyaman.
5) Alat
pendidikan relatif ringan.
C.
Jenis
dan Kegunaan Alat Pendidikan
1.
Pengertian
jenis alat pendidikan
Alat pendidikan terdiri dari 2 jenis,
yakni bersifat non material atau perbuatan/tindakan dan yang bersifat material
atau kebendaan.
a. Jenis
alat pendidikan non material
Alat pendidikan non material adalah
bentuk perbuatan atau tindakan untuk melakukan proses transformasi sebagai berikut.
1) Pembiasaan
2) Suruhan
3) Larangan
4) Menganjurkan
5) Mengajak
6) Memberi
contoh
7) Memuji
8) Menghukum
b. Jenis
alat pendidikan material
Alat pendidikan material mencakup
berbagai proses pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti di
masyarakat dan keluarga.
1) Lahan
atau tanah
2) Bangunan
atau gedung
3) Perabot
dan perlengkapan
2.
Penggunaan
alat pendidikan
Penggunaan alat pendidikan dipengaruhi
oleh kecakapan pendidik yang harus menyesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Didalam memilih alat pendidikan yang akan digunakan perlu diingat atau
diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut.
a. Tujuan
apakah yang ingin dicapai dengan alat itu?
b. Siapakah
yang akan menggunakan alat itu?
c. Alat-alat
manakah yang tersedia dan dapat digunakan?
d. Terhadap
siapakah alat itu digunakan?
Dengan penggunaan alat itu diharapkan
anak didik akan mengalami perubahan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan
atau perubahan yang tidak hanya bersifat mekanistis, tetapi benar-benar
merupakan pencerminan dan pribadi anak didik. Dalam masalah siapakah yang
menggunakan alat itu, maka perlu diingat bagaimanakah kondisi anak yang
menerimanya. Apakah anak didik itu berkelainan dsb.
Tujuan pendidikan adalah membimbing anak
untuk mencapai kedewasaan, kedewasaan ini dapat dicapai dalam pergaulan antara
terdidik dengan pendidik, dan pergaulan ini merupakan alat pendidikan yang
utama. Jadi dapat ditegaskan, bahwa alat yang utaa untuk mencapai tujuan
pendidikan adalah pergaulan.
Meskipun tujuan pendidikan itu adalah
sesuatu yang baik, namun apa bentuk atau jenis dan pada tujuan itu adalah
bermacam-macam. Pendidik sebagai pemakai alat pendidikan juga berbeda-beda
keahlian dan orientasinya meskipun dalam bidang studi yang sama. Adapun hal-hal
yang perlu dipertimbangkan tentang anak didik adalah dari segi-segi sebagai
berikut.
a. Jenis
kelamin
b. Usia
c. Bakat
d. Perkembangan
e. Alam
sekitar
BAB 7
KASIH
SAYANG, KEWIBAWAAN, DAN TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN
A.
Konsep
dan Peranan Kasih Sayang dalam Keluarga
1. Pengertian
kasih sayang
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik
antara dua manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan
sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan, dan saling
memberi.
Anak-anak yang tumbuh dalam limpahan kasih
sayang akan memiliki hati yang hangat. Mereka akan memperlakukan orang lain
dengan penuh kecintaa. Anak-anak yang kurang atau tidak mendapatkan kasih
sayang dari orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang merasa dikucilkan.
Beberapa akibat negatif kasih
sayang berlebihan adalah:
a. Akan
tumbuh menjadi anak yang selalu ingin diperlakukan istimewa. Sifat-sifat
otoriter akan tumbuh pada diri anak ketika orang tua selalu memenuhi segala
keinginannya. Mansia seperti ini akan mudah patah ketika tidak ada yang
memperhatikan keinginannya dan tidak memperoleh simpati dari orang lain.
b. Anak-anak
yang selalu dimanja akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya. Ia
akan meminta dilayani istrinya secara sempurna, dan suka memperlakukan istrinya
seperti pembantu yang harus tunduk terhadap perintahnya. Anak-anak yang selalu
dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala keinginannya terpenuhi, jika
sudah besar akan menjadi manusia yang sombong dan suka memaksakan kehendak.
2. Peranan
kasih sayang dalam pendidikan
a. Pendidik
sebagai pembimbing
Realitas di masyarakat menunjukkan
bahwa perilaku menyimpang dilatarbelakangi oleh kondisi dimana ia tumbuh dalam
keluarga yang tidak memberikan kepuasan kasih sayang. Hal ini menjadi tantangan
bagi pendidik untuk bias membantu peran orang tua, bahkan menggantikan peran
orang tua jika mereka sibuk, untuk membimbing anak-anaknya.
b. Pendidik
sebagai pembentuk kepribadian
Tindakan-tindakan kriminalitas yang
dilakukan oleh anak bias disebabkan karena kurangnya kasih sayang yang
diberikan oleh orang-orang disekitarnya. Pendidik yang baik akan berusaha
membentuk kepribadian anak didiknya agar lebih naik.
c. Pendidik
sebagai tempat perlindungan
Tindakan seorang anak didik kabur
dari rumah orang tuanya adalah contoh akibat dari kurangnya kasih sayang dari
orang tuanya. Dalam hal ini anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja
yang dianggap dekat.
d. Pendidik
sebagai figure tauladan
Seorang pendidik yang berperilaku
ramah, hangat, selalu tersenyum, selalu merespon pertanyaan atau pembicaraan
anak didik, akan menumbuhkan psikologis yang bagus bagi anak didik. Anak tidak
takut berbicara, dapat mencurahkan isi hatinya dan senang melibatkan dirinya
dalam kegiatan di sekolah.
e. Pendidik
sebagai sumber pengetahuan
Dalam proses pendidikan, dimana
terjadi proses transformasi dilakukan dengan hati-hati. Pengetahuan dapat
merubah sikap dan perilaku anak, berubah positif jika pengetahuan itu sesuai
dengan masanya, apabila tidak disesuaikan akan membentuk perilaku negatif.
1) Beberapa
hal yang mungkin terjadi apabila pendidik tidak hati-hati dalam mentransfer
pengetahuan:tidak dapat mengajar dengan baik.
2) Anak-anak
akan mencari sumber belajar lain tanpa bimbingan, yang akan menghasilkan
perilaku yang tidak diharapkan.
3) Kurangnya
bimbingan akan menimbulkan perilaku yang tidak bertanggung jawab.
B.
Konsep
dan Peranan Kewibawaan dalam Pendidikan
1. Pengertian
tentang kewibawaan
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi
yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia,
secara sadar dan suka rela menjadi tunduk kepadanya.
1. Macam-macam
kewibawaan
a. Kewibawaan
lahir
Kewibawaan lahir adalah kewibawaan
yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti bentuk tubuh yang
besar, pakaian rapid an suara yang keras.
b. Kewibawaan
batin
Kewibawaan yang didukung karena
keadaan batin seseorang, seperti:
1) Adanya
rasa cinta
2) Adanya
rasa demi kamu
3) Adanya
kelebihan batin
4) Adanya
ketaatannya kepada norma.
2. Mempertahankan
kewibawaan dalam pendidikan
a. Kewibawaannya
yang dimiliki pendidik berakhir
Pendidik harus mempunyai alasan mengapa
anak harus berbuat begini dan begitu, maupun ketika pendidik melarang anak
didik melakukan sesuatu.
b. Bersikap
you attitude
Pendidik menyuruh atau melarang anak
melakukan sesuatu itu semata-mata hanya untuk kamu (peserta didik).
c. Bersikap
sabar
Pendidik harus sabar menunggu peserta
didik melakukan hal yang pendidik inginkan.
d. Bersikap
memberi kebebasan
Semakin bertambah umur anak didik,
pendidik hendaknya member kebebasan kepada anak didiknya.
3. Kewibawaan
dan anak didik
Kewibawaan itu menentukan bentuk perlakuan
yang hedaknya diikuti serta menolak yang tidak dikehendaki.
Jika anak sudah dapat mengakui kewibawaan
pendidik, maka pendidikan yang sesungguhnya dapat dimulai, anak mulai dapat
dikenalkan dengan norma yang sesungguhnya.
Sehubungan dengan penerima norma itu, akan
dipaparkan bagaimana proses penerimaan norma pada anak. Tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut:
a. Anak
menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu. Anak akan melakukan norma
yang dilakukan oleh pendidiknya, dan akan akan menganggap hal itu tidak baik
karena dilarang oleh pendidiknya.
b. Anak
kemudian mengerti bahwa tingkah laku pendidiknya itu adalah diatur oleh sesuatu
yang disebut norma.
c. Setelah
anak dapat melihat norma terlepas dari si pendukung norma, maka tindakan
pendidik sebagai pendukung norma, selalu dibandingkan dengan norma yang
diketahui anak, atau dengan norma yang dikatakan oleh pendidiknya itu.
d. Bila
ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan norma yang
dikemukakan, maka anak akan menerima dengan suka rela.
C.
Konsep
Kewajiban dan Tanggung Jawab dalam Pendidikan
1. Pengertian
tanggung jawab
Bertanggung jawab berarti dapat
menerangkan perbuatan kita dan kepentingan kitadengan orang lain. Kita selalu
dapat menunjukkan bahwa perbuatan kita itu tidak merugikan orang lain, bahkan
tindakan atau perbuatan kita itu untuk menjaga kehidupan social itu sendiri.
1. Contoh
tindakan yang berkaitan dengan bertanggung jawab
Salah satu contoh perbuatan yang tidak
bertanggung jawab adalah pengemudi kendaraan bermotor yang memarkir kendaraan
semaunya sendiri dan tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Perbuata tersebut
tidak bertanggung jawab karena dapat menimbulkan bahay bagi pengguna jalan
lainnya.
Bertanggung jawab berhubungan dengan
pertimbangan. Seseorang dapat menimbang ketika ia dapat berfikir. Oleh karena
itu bertanggung jawab tumbuh bersamaan dengan kemampuan berfikir. Dan umumnya
anak-anak belum bisa bertanggung jawab dengan sempurna.
2. Pendidika
dan tanggung jawab
Rumusan
tujuan pendidikan terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Tujuan
individual: membentuk manusia susila yang cakap.
b. Tujuan
kemasyarakatan: membentuk warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Proses
kehidupan manusia terjadi melalui beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tingkat
bayi, sebagian besar waktu digunakan untuk makan, minum dan tidur.
2. Tingkat
kanak-kanak aktivitasnya bermain.
3. Tingkat
anak aktivitasnya dengan sosialisasi di luar keluarga.
4. Tingkat
pemuda pertumbuhan dan perkembangan menuju kearah kesempurnaan.
5. Tingkat
dewasa segala aktivitasnya sudah harus dapat dipertanggungjawabkan.
3. Tanggung
jawab manusia dalam
ajaran agama
1) Tanggung
jawab manusia terhadap Tuhan
Menurut akal dan agama, manusia wajib
mengenal dan mengetahui pencipta alam, yang merupakan pemilik dan pemberi
kenikmatan kepada makhluk. Manusia wajib tunduk dan patuh kepada
perintah-perintahNya. Dan Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku.
2) Tanggung
jawab manusia terhadap dirinya
Manusia memikul tanggung jawab
pengembangan dan penyempurnaan dirinya, dan itu hanya bisa dilakukan dengan
cara usaha dan kesungguhan. Masing-masing anggota tubuh mempunyai hak yang
harus dipenuhi.
3) Tanggung
jawab manusia terhadap masyarakat
Manusia adalah makhluk social yang harus
bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Manusia
harus bisa memberikan manfaat bagi orang lain dan sekaligus mengambil manfaat
dari orang lain
4) Tanggung
jawab manusia terhadap keluarga
Allah
SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an, wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya adalah malaikat-malaikat
yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa-apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka.dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. Attahrim: 6).
5) Tanggung
jawab terhadap sanak-kerabat
Rasulullah SAW bersabda , aku berpesan
kepada umatku baik yang hadir maupun yang tidak hadir, hingga hari kiamat,
hendaklah mereka menjalin silaturrahmi dengan sanak-kerabat mereka, karena
silaturrahmi adalah bagian dari agama.
6) Tanggung
jawab terhadap ayah dan ibu
Allah SWT berfirman, maka sekali-kali janganlah mengatakan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka,dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al Isra: 24).
7) Tanggung
jawab terhadap anak
Kebaikan dan keburukan anak di dunia akan
dikaitkan dengan orang tuanya. Orang tua berkewajiban mengenalkan Allah kepada
anak-anaknya, mentaati perintah-Nya, dan mengajarkan akhlak yang baik kepada
mereka.
8) Tanggung
jawab manusia terhadap alam
Allah menciptakan langit dan bumi beserta
isinya adalah untuk dimanfaatkan oleh manusia. Itu semua merupakan beban
tanggung jawab manusia untuk selalu menghargai dan memanfaatkn alam dengan
sebaik-baiknya.
casino.betfair.com - DrmCMD
BalasHapusExperience 문경 출장안마 the gambling 정읍 출장안마 and gaming experience at Casino.betfair, the home of legal gambling in Ireland! 대구광역 출장마사지 This 하남 출장마사지 is one of the 경상남도 출장마사지 most beautiful casinos available!